Mahar untuk Maharani karya Azhar Nurun Ala



Buku Mahar untuk Maharani karya Azhar Nurun Ala menjadi buku yang begitu beruntung hari ini. Kenapa? Karena ulasannya menjadi tulisan pertamaku di blog baruku ini. Haha :)

Setelah kemarin mendapat kabar bahwa Tumblr di blokir di Indonesia, dan mendapati bahwa berita ini bukanlah hoax semata ketika aku mencoba membuka akun Tumblrku yang ternyata benar-benar-tidak-bisa-dibuka. Sedih bukan main kehilangan tulisanku sejak beberapa tahun silam.

Ya memang sih, tidak banyak dan gak-bagus-bagus-amat. Tapi kaaann... Memorinya saat menulis itu looh, yang harusnya bisa aku rasakan kembali nanti ketika membacanya lagi.

Tapi, ah, yasudahlah, memang mau bagaimana lagi?

Jadi, tragedi blokir Tumblr ini terasa sama seperti saat aku menutup buku Mahar untuk Maharani setelah aku selesai membacanya. “Ah, yasudahlah, memang mau bagaimana lagi?”


Well, aku sebenarnya belum terlalu kenal sama tulisannya... ehm.. manggilnya siapa ya? Kak? Bang? Bang! Okelah Bang aja.. Iya, belum terlalu kenal sama tulisannya Bang Azhar ini, karena baru baca 2 buku dari 7 buku karya beliau. Selain skripsi.

Jadi mungkin belum bisa di bilang fans ya, haha. Tapi dari 2 bukunya ini, aku suka sama gaya menulis beliau. Mungkin bisa di bilaaang.... satu selera!

Buku pertama karya Bang Azhar yang aku baca adalah Pertanyaan tentang Kedatangan. Yang akhirnya bikin ‘nambah’ ke buku kedua ---- yang aku baca ---- Mahar untuk Maharani, novel pertama setelah seeeeeekian lama aku gak baca novel. Dan Alhamdulillah, bener-bener gak ngecewain :D

Walaupun aku yang beli buku ini, tapi suamiku yang lebih dulu menyelesaikan buku ini. Hanya dalam 2 hari, padahal beliau jarang baca novel loh! Bisa sampe segitu menikmatinya. Haha. Pernah suatu malam aku tidur lebih dulu dari suamiku, kurang lebih aku tidur jam 9 malam. Jam 12 malam kurang sedikit, aku terbangun dari tidur dan mendapati beliau masih terjaga. Menyadari aku terbangun beliau tersenyum padaku. Sebelum bertanya “Kok belum tidur?”, aku mencoba mencari jawaban sendiri dengan memperhatikan beliau dari atas sampai bawah, dan mendapatinya memegang sebuah buku, sambil menyelipkan satu jari telunjuknya di tengah buku, yang kutau maksudnya adalah menandai sampai mana beliau telah membaca buku tersebut. Dan taukah buku apaaa? Yap! Buku Mahar untuk Maharani. Akhirnya dari mulutku hanya keluar kalimat tanya retorik, “Belum tidur, dari tadi baca Mahar untuk Maharani?”


Cerita dalam buku ini dibuka dengan kalimat tanya, “Mahar apa yang paling tepat untuk perempuan seanggun Maharani?”. Ibarat dalam perjalanan, kalimat ini seperti menegaskan tujuan perjalanan, untuk apa perjalanan ini dilakukan? Apa yang akan kita dapati di akhir perjalanan? Dan dengan membaca kalimat ini di awal cerita, semenjak itu yang aku pikirkan hanyalah “Mahar apa untuk Maharani?” begitu terus begitu sampai habis membaca satu buku. Pokoknya pengen cepet-cepet selesai baca karena ingin  tau Mahar apa sih yang nantinya akan di kasih ke Maharani? Bahkan ketika aku harus berhenti membaca karena sudah harus memasak, aku memasak, menyiangi kangkung, memotong bawang, sambil memikirkan “Maharani maharnya apa ini wey?’ wkwk bohong, gak gitu jugaaa sihhhh.. :D

Aku suka semua part, terlebih di pertengahan hingga akhir. Jika pada permulaan aku masih bisa banyak menutup buku karena disambi pekerjaan rumah yang-gak-habis-habis, pada akhir cerita aku membacanya tanpa menutup buku! Aku yang sudah lama tidak membaca novel ini teringat saat aku membaca buku Harry Potter saat di bangku SMP dulu. Pokoknya gakmau berenti sebelum selesai! Haha. Sambil main tebak-tebakan, mata membaca, pikiran menebak lanjutan cerita, saking penasarannya. Daaann setelah ngebut baca dan sampai di akhir halaman, aku membacanya perlahan, meresapi akhir cerita dengaannnn... hmmm... gimana ya? Gak bisa menggambarkan dengan kata-kata. Pas udah benar-benar selesai membaca dan harus menutup buku, rasanya berat, sama seperti tragedi blokir Tumblr yang tadi ku bilang, “Ah, yasudahlah, memang mau bagaimana lagi?”

Tokoh yang paling aku suka tentu saja Salman, tokoh utama dalam novel ini, dan Ajran, anak petani dengan segala kegigihannya ingin memajukan pertanian Indonesia.

Kisah ini di tulis dengan ciamik sehingga gak hanya jadi semacam teenlit, dan ada banyak hikmah yang bisa diambil. Kisah tentang hijrah, tentang cita-cita, tentang cinta yang gak hanya tentang dua insan yang mencintai, tentang adanya orang lain yang diam-diam mencinta, tentang perjodohan yang untungnya gak terlalu semacam Siti Nurbaya, tentang bagaimana Allah mengatur itu semua.

Recommended book!

Oiya, pas dapet kabar akan ada buku lanjutannyaa, seneeeeng banget! Semoga bisa segera selesai dan kami nikmati lagi yaaa, Bang Azhar! Kalo bisa bulan depan udah buka PO! (kok ngatur? Wkwk)


Akhir kata, kutipan dari Mahar untuk Maharani yang di kutip dari perkataan Gurunda Salim A. Filllah sebagai simpulannya tentang kisah Ali,

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.”



Salam,
Gandes Fatiya Rahmah, yang kalo belanja online namanya jadi Fazar Dinata. Haha :)

Komentar

  1. Terima kasih sudah ikut membaca & menulis kesan. Pengennya bulan depan udah bisa PO buku keduanya. Tapi, yah, mau bagaimana lagi?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusui itu Ibadah

Kelas Literasi Ibu Profesional